Akselerasi or Acceleration
Blog ini menyediakan berita-berita tentang kelas akselerasi yang menurut sebagian orang sangat "wah". Sebenarnya kelas aksel tidaklah yang seperti kita bayangkan, anak-anak yang pandai, kreatif, cerdas, dan sebagainya. Kita harus lebih memperhatikan psikologis anak-anak aksel dimana mereka seperti kehilangan hidup mereka. Hidup mereka hanya diisi dengan belajar dan belajar. Mari kita tengok realita yang ada.

Kelas Akselerasi Belum Efektif ?

By wizardxboy

Sabtu, 24 November 2007



Kelas Akselerasi Belum Efektif ?
Pembelajaran Belum Berbasis Bahasa Inggris

Jakarta, Kompas - Kelas akselerasi yang dijalankan sejumlah sekolah belum efektif
menumbuhkan potensi dalam diri anak-anak berbakat karena hanya mengejar anak cepat lulus. Fasilitas-fasilitas lain yang mendukung kebutuhan anak dengan kecerdasan di atas- rata-rata dan bakat berbeda-beda ini belum sepenuhnya diperhatikan.
Perombakan model seperti yang diinginkan pemerintah belum dapat dilaksanakan.
Murid akselerasi masih belajar di kelas khusus. Pembelajaran juga tidak berbahasa
Inggris seperti yang diinginkan. Pembelajaran juga belum sepenuhnya berbasis teknologi informasi. Anggota staf pengendali mutu SMP Negeri 19, Jakarta, Hambali, Jumat (23/11), menjelaskan, hampir tidak ada perbedaan antara kelas reguler dan kelas akselerasi. Dari sarana ruang kelas, tenaga pengajar, sampai materi pelajarannya sama. Hanya, di kelas percepatan bahan pengajaran harus selesai lebih cepat.
Tuntutan itu menjadikan kelas khusus ini kurang efektif. Ia menyebutkan,
"Anak-anak agaknya terlalu lelah karena tugas yang bertumpuk. Tidak jarang mereka pulang sore." Sebagai indikator, Hambali menambahkan, nilai ujian akhir siswa di kelas akselerasi tak lebih tinggi dari siswa di kelas reguler unggulan. "Dalam daftar sepuluh besar, tahun ini hanya tiga yang dari kelas akselerasi, yang lain dari kelas reguler," ujar Hambali. Kesulitan pun ditemui guru ketika harus mempersiapkan materi pengajaran kepada siswa. Ahmad Subeki, pengajar Fisika di SMPN 19, mengakui kekurangan waktu dalam mempersiapkan bahan untuk mengajar. Di SMAN 70, perbedaan pelayanan antara kelas akselerasi dan reguler yang kentara ialah perbedaan kalender pendidikan. Murid kelas akselerasi juga diarahkan untuk jurusan IPA saja. "Anak lulus dalam waktu dua tahun," ujar Koordinator Program Percepatan/Akselerasi di SMAN 70 Jakarta, Risda Wahab.
Biasanya guru hanya mengajar esensinya. Murid harus belajar sendiri. Itu sebabnya, anak-anak kelas akselerasi disaring dengan tes IQ. Murid di kelas X akselerasi SMAN 70, misalnya, ber-IQ 125-129. Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta Silviana Murni mengatakan, seharusnya sekolah yang membuka kelas akselerasi juga memberi fasilitas khusus. Misalnya, laboratorium khusus untuk siswa yang senang pelajaran tertentu. Siswa kelas VII akselerasi di SMPN 19 yang ditemui mengungkapkan keinginan mereka untuk lulus cepat. "Kalau materi, enggak ada yang beda dengan kelas lain. Kami hanya lebih cepat," ujar Astrid (12), ketua kelas khusus dengan IQ di atas 130. Di setiap kelas ber-AC dan disediakan satu komputer dan televisi. Nyaris tidak ada perbedaan dengan kelas lain, kecuali jumlah siswa. Astrid dan teman-temannya mengaku sering kewalahan karena banyaknya tugas sekolah. Ny Hermin, orangtua dari murid akselerasi kelas X SMAN 70, mengatakan, putranya siap masuk kelas akselerasi karena sudah terbiasa mandiri. "Ketika pindah sekolah di Jepang karena perbedaan sistem pendidikan, anak saya turun satu tingkat. Ketika kembali, ia senang sekali ada kelas akselerasi," katanya.
 

0 comments so far.

Something to say?